"Perjalanan menempuh ratusan ribu kilometer harus dimulai dengan satu langkah kaki".

Jumat, 16 Desember 2016

Aleppo, aku padamu

21.00 Posted by azkasadan 3 comments

“We live in a world in which our response to genocide is excruciating silence.”

Terlalu geram, marah, sedih, semua berkecamuk menjadi satu. Bagaimana tidak? Kita disini terlalu nyaman dengan keadaan, sedang di lain tempat menderita bahkan mempertaruhkan hidupnya.

Aleppo. Kota kedua terbesar setelah Damaskus. Kota tertua di dunia yang mendapat gelar kota warisan dunia dari PBB, dan masih berpenghuni. Kota dengan industri paling maju pada masa Utsmaniyah setelah Konstantinopel dan Cairo. Kota dengan posisi strategis untuk alur perdagangan. Aleppo yang indah di malam hari, bangunan tua dan kuil-kuil berdiri megah, dengan mayoritas muslim di dalamnya.

Sudah sejak tahun 2012 lalu, Aleppo bertaruh segalanya, mulai dari harta hingga nyawa. Bahkan Masjid Agung nan kokoh dan megah hancur lebur rata dengan tanah pada tahun 2013 lalu. Sebuah pertemuan yang katanya perjanjian damai di Geneva pun nihil, tak membuahkan hasil yang signifikan.


Source: shaam.org

Lalu sekarang apa? Aleppo sunyi, hanya dentingan bom, terikan warganya, bau anyir darah, debu, dan reruntuhan bangunan yang tersisa. Mereka sama seperti kita, there are a human. Tanpa pandang bulu, anak kecil dan wanita pun menjadi sasaran. Bahkan wanita ada yang rela bunuh diri daripada harus menjadi korban bengis nafsu birahi.

Banyak video bertebaran di media sosial. Tapi orang-orang yang memegang kendali masih bungkam seperti biasanya. Dunia sudah benar-benar dibuat bingung. Bingung dalam menentukan mana yang benar dan mana yang mendekati benar. Mungkin permainan politik yang berperan penuh di dalamnya. Ah, kekuasaan, tak akan pernah habis memang. Sejak zaman Nabi hingga sekarang. Harta, tahta, wanita.

Kita bagaimana? Atas nama kemanusiaan, kita tidak bisa tinggal diam. Iya, benar, bahwa kita bukan siapa-siapa, bukan pejabat, bukan pengusaha kaya, apalagi politisi dunia yang memegang kontrol ikut andil di dalamnya. Mau ke Aleppo? Bunuh diri jika tanpa persiapan apapun, lagi pula negara pasti melarang. Kita bisa apa?

Satu lagi, mereka itu manusia. Bagaimana dengan materi? We can try it as long as we can do. But, selama jasad tak mampu menjabat, kita babat mereka dengan ribuan bahkan tak terhitung, and doa.

Kini, 
darah manusia tercium baunya di langit. Anak-anak kecil melukiskan bom diatas langit. 
Tak ada langit biru, 
hanya ada cucuran darah dan luka-luka.

Anak-anak syam, 
berbahagialah di JannahNya. 
Tertawalah disana, 
bangunkan ayah bunda kalian agar ikut berbahagia di jannahNya. Allah begitu sayangnya terhadap kalian. 
Tak usah lagi menangis di dunia ini, pergilah bawa senyum Syuhada dalam wajah kalian.

Hasbunallah wa ni'mal wakil ❤️.