Melaka merupakan
nama salah satu kota yang terdapat di Malaysia yang namanya berasal dari Bahasa
arab Malqa, yang artinya tempat bertemu. Disebut demikian karena di tempat
inilah para pedagang saling bertemu dan melakukan transaksi jual-beli. Melaka
adalah sebuah kerajaan yang didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403
M. Parameswara berasal dari Sriwijaya dan merupakan putra dari Raja Sam Agi.
Saat itu ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Melaka karena
kerajaanya di Sumatera runtuh akibat di serang oleh Majapahit.
Sebelum muncul dan
tersebarnya islam di Semenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama
mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah
dengan Negeri Cina. Berkembangnya Islam semakin memberikan dorongan pada
perkembangan perniagaan Arab. Sehingga jumlah kegiatan perdagangan mereka di
kawasan timur semakin besar. Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur,
Melaka juga ramai di kunjungi oleh pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai
menyebar di Melaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Melaka yaitu Prameswara
akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam,
maka Islam kemudian menjadi agama resmi di kerajaan Melaka, sehingga banyak
rakyatnya yang ikut ke dalam Islam. Melaka juga banyak memiliki tentara bayaran
yang berasal dari pulau Jawa. Selama tinggal di Melaka, para tentara ini
akhirnya masuk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung
mereka telah membantu proses penyebaran Islam di tanah Jawa. Dari Melaka, Islam
kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau
(Filiphina Selatan). Pada tanggal 24 Agustus 1511, Melaka runtuh akibat
serangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuqureque. Sejak saat itu,
pada keluarga kerajaan berpindah ke negeri lain.
Pusat Kota Melaka. |
Melaka merupakan salah satu provinsi terkecil ketiga di
Malaysia setelah Penang dan Perlis. Pemerintah setempat menjadikannya sebagai
kota sejarah bahkan UNESCO telah menetapkannya sebagai salah satu World
Heritage Site sejak tanggal 6 Juli tahun 2008. Hal itu karena kota ini memang
menyimpan banyak hal-hal penting bersejarah terutama tentang masa Kolonial di kawasan
Asia Tenggara.
Melaka yang menjadi pilihan objek wisata saya kali ini bisa
dikatakan cukup menarik. Semua bangunan disini ini
sengaja di cat merah, konon hal ini karena kebanyakan etnis yang tinggal di
tempat ini adalah orang-orang India, mereka gemar memakan atau mengunyah sirih
kemudian membuangnya di sembarang tempat, untuk menutupi kotoran sirih tersebut
kemudian orang-orang sekitar mencat seluruh bangunan dengan warna merah.
Untuk menuju Melaka sangatlah mudah
karena memang Malaysia memiliki armada transportasi yang sangat baik. Jarak
dari Kuala Lumpur ke Melaka kurang lebih 144 km. Dari KL sentral dapat
menggunakan MRT ke Bandar Tasik Selatan untuk pindah ke Terminal Bersepadu
Selatan (TBS) kemudian menyambungnya dengan bus yang langsung menuju Melaka.
Menuju Melaka juga bisa ditempuh dari KL Sentral dengan menggunakan bus
Tradisional.
Sedikit kearah barat terdapat Dutch Square, sebuah taman dengan
kincir angin buatan nampak berdiri elok, diseberangnya sebuah tugu berukuran
besar yang sekilas mirip Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat. Terdapat
pula air mancur yang diberi nama Queen Victoria Fountain tegak berdiri indah. Tugu
air mancur ini sendiri dibangun pada tahun 1901 oleh Inggris ketika berada di
Malaysia. tempat ini banyak membangkitkan imajinasi saya tentang zaman-zaman
kolonial. Sangat terlihat bahwa Kesultanan Melaka saat itu cukup kooperatif
dengan para pendatang. Simbol-simbol budaya Asia dan Eropa juga ditemukan
dimana-mana seolah-olah di tempat ini telah bertemu orang-orang dari penjuru
dunia seperti Kincir Air Belanda, Kapal Portugis, Gereja gaya Eropa, Pemakaman
Cina, Jejak-jejak Laksamana Cheng Ho dan lain sebagainya.
Di dataran sungai Melaka sebelah barat Kincir Air Melayu, dibangun
tempat jalan kaki pinggiran sungai yang terbuat dari kayu. Di sana disediakan
bangku-bangku sehingga bisa menikmati pemandangan sepanjang sungai dan pantulan
bayangan bangunan hotel Casa del Rio yang cukup indah dan romantis. Suasana ini
tidak nampak seperti Asia, terkesan seperti berada di pinggiran Kota-kota yang
berada di benua Eropa.
Sebetulnya di
Malaka ada beberapa tempat menarik lainnya yang belum sempat saya kunjungi
seperti Dataran Pahlawan, Menara Taming Sari, dan St. Francis Xavier’s Church.
Ada banyak juga museum menarik yang berkaitan dengan sejarah Melayu dan Asia
seperti Museum Kastam, Museum Rakyat, Museum Setem Malaka (Mallaca Stamp
Museum), Museum Melayu Dunia Islam, dan Museum UMNO.
Adakah kesamaan dalam konteks adat antara Malaka dengan Banda Aceh mbak Azka?
BalasHapusHmm masalah adat, saya sendiri belum menelusurinya lebih jauh.
HapusBut anyway, di Melaka sendiri terdapat makam penasihat raja Aceh dulu.
Terimakasih sudah berkunjung :)