"Perjalanan menempuh ratusan ribu kilometer harus dimulai dengan satu langkah kaki".

Kamis, 26 Maret 2015

Pesona Kota Melaka

20.24 Posted by azkasadan 2 comments



            Melaka merupakan nama salah satu kota yang terdapat di Malaysia yang namanya berasal dari Bahasa arab Malqa, yang artinya tempat bertemu. Disebut demikian karena di tempat inilah para pedagang saling bertemu dan melakukan transaksi jual-beli. Melaka adalah sebuah kerajaan yang didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya dan merupakan putra dari Raja Sam Agi. Saat itu ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Melaka karena kerajaanya di Sumatera runtuh akibat di serang oleh Majapahit.
            Sebelum muncul dan tersebarnya islam di Semenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab. Sehingga jumlah kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur semakin besar. Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Melaka juga ramai di kunjungi oleh pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Melaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Melaka yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di kerajaan Melaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut ke dalam Islam. Melaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari pulau Jawa. Selama tinggal di Melaka, para tentara ini akhirnya masuk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung mereka telah membantu proses penyebaran Islam di tanah Jawa. Dari Melaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filiphina Selatan). Pada tanggal 24 Agustus 1511, Melaka runtuh akibat serangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuqureque. Sejak saat itu, pada keluarga kerajaan berpindah ke negeri lain.
Pusat Kota Melaka.
            Melaka merupakan salah satu provinsi terkecil ketiga di Malaysia setelah Penang dan Perlis. Pemerintah setempat menjadikannya sebagai kota sejarah bahkan UNESCO telah menetapkannya sebagai salah satu World Heritage Site sejak tanggal 6 Juli tahun 2008. Hal itu karena kota ini memang menyimpan banyak hal-hal penting bersejarah terutama tentang masa Kolonial di kawasan Asia Tenggara.
Melaka yang menjadi pilihan objek wisata saya kali ini bisa dikatakan cukup menarik. Semua bangunan disini ini sengaja di cat merah, konon hal ini karena kebanyakan etnis yang tinggal di tempat ini adalah orang-orang India, mereka gemar memakan atau mengunyah sirih kemudian membuangnya di sembarang tempat, untuk menutupi kotoran sirih tersebut kemudian orang-orang sekitar mencat seluruh bangunan dengan warna merah. 
Untuk menuju Melaka sangatlah mudah karena memang Malaysia memiliki armada transportasi yang sangat baik. Jarak dari Kuala Lumpur ke Melaka kurang lebih 144 km. Dari KL sentral dapat menggunakan MRT ke Bandar Tasik Selatan untuk pindah ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS) kemudian menyambungnya dengan bus yang langsung menuju Melaka. Menuju Melaka juga bisa ditempuh dari KL Sentral dengan menggunakan bus Tradisional.
Sedikit kearah barat terdapat Dutch Square, sebuah taman dengan kincir angin buatan nampak berdiri elok, diseberangnya sebuah tugu berukuran besar yang sekilas mirip Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat. Terdapat pula air mancur yang diberi nama Queen Victoria Fountain tegak berdiri indah. Tugu air mancur ini sendiri dibangun pada tahun 1901 oleh Inggris ketika berada di Malaysia. tempat ini banyak membangkitkan imajinasi saya tentang zaman-zaman kolonial. Sangat terlihat bahwa Kesultanan Melaka saat itu cukup kooperatif dengan para pendatang. Simbol-simbol budaya Asia dan Eropa juga ditemukan dimana-mana seolah-olah di tempat ini telah bertemu orang-orang dari penjuru dunia seperti Kincir Air Belanda, Kapal Portugis, Gereja gaya Eropa, Pemakaman Cina, Jejak-jejak Laksamana Cheng Ho dan lain sebagainya. 
Di dataran sungai Melaka sebelah barat Kincir Air Melayu, dibangun tempat jalan kaki pinggiran sungai yang terbuat dari kayu. Di sana disediakan bangku-bangku sehingga bisa menikmati pemandangan sepanjang sungai dan pantulan bayangan bangunan hotel Casa del Rio yang cukup indah dan romantis. Suasana ini tidak nampak seperti Asia, terkesan seperti berada di pinggiran Kota-kota yang berada di benua Eropa.

            Sebetulnya di Malaka ada beberapa tempat menarik lainnya yang belum sempat saya kunjungi seperti Dataran Pahlawan, Menara Taming Sari, dan St. Francis Xavier’s Church. Ada banyak juga museum menarik yang berkaitan dengan sejarah Melayu dan Asia seperti Museum Kastam, Museum Rakyat, Museum Setem Malaka (Mallaca Stamp Museum), Museum Melayu Dunia Islam, dan Museum UMNO.

Kamis, 12 Maret 2015

Mihrab CintaNya

10.15 Posted by azkasadan 2 comments
Wahai ikhwan yang melukis rindu atas kedamain surgaNya,
Atas nama Rabbku, aku ingin mencintaimu karenaNya,
Mengukir nama indahmu dibawah Langit cintaNya,
Menulis Hikmah dari pertemuanku dan dirimu di atas sajadah cinta.

Andai harus ku jabarkan bait hati yang tersembunyi seperti akhwat lainnya,
Sungguh, tak cukup waktu yang tuhan titipkan untuk semua cerita,
Hingga aku termasuk akhwat yang merugi karenaNya.

Atas nama titah Tuhanku, cukupku cintaimu dengan sederhana,
Sepanjang hidup, aku ingin akidah Kasih yang ad aini di ridhaiNya,
Tak perlu bagiku kau sampaikan gemuruh rindu itu dalam nyata,
Cukuplah kau jaga hijabku tanpa kata cinta sebelum ikrar yang direstui.

Jika hati ini marah karena diammu untukku,
Sungguh, jangan kau dekati hati yang tak Pernah menghargaimu ini,

Jika lisan ini dipenuhi cela karena bisu yang istiqamah darimu untukku,
Demi Allah, aku merugi atas kidung cinta Tuhan yang tak Pernah ku kenali.

Terasing diri ini, jika nafsu itu menyelimuti,
Bersimpuh dalam renungan pada hubungan yang salah ini,
Meruginya raga jika harus kau buktikan cintamu dengan pernyataan cinta atas hati.

Karena cukuplah diammu,
Bukti mahabbah rindu untukku,
Namun, bila suatu hari kau dating dengan kalimah cinta saat sebelum kau mengkhitbahku,
Aku takut kau salah memaknai cinta karenaNya ya Ikhwan.

Cara kita yang salah menempatkan cinta,
Hingga terjatuh pada lubang duniawi yang menyesatkan.

Sungguh, karena cinta ini aku malu pada tuhanku,
Tamparan cinta itu akan menjatuhkan harga diriku di sisiNya,
Seketika itu pula diri ini seakan tak berharga karena kungkungan nafsu yang ku persembahkan untukmu,
Berlumur noda atas cinta yang bukan hakku dan dirimu.

Wahai Ikhwan yang menyentuh hatiku,
Aku tak mengenali cinta dalam lisan,
Karena bukan itu yang namanya cinta karenaNya

Jika kau mencintaiku, cintai aku dalam diammu,
Jaga hijab cinta antara kau dan aku,
Dan jika saatnya tiba, ketika Allah takdirkan aku untukmu,
Cinta sejati tak akan pergi,
Semoga inilah cinta karenaNya bersama ridhaNya.

Wahai hati yang disirami Cahaya Rahman,
Menuju FirdausNya adalah impian dalam mihrab cinta dariku,
Satu-satunya taman terindah yang menguasai sukma di tiap nafas yang berlalu,
Hingga angan inginku melesat lebih jauh pada mahabbahNya bersama hadirmu.

Pasung hatiku ya Rabbana..
Bunuh kata-kata cinta yang menjauhkan aku dariMu,

Ya Muhaimin…
Jangan biarkan aku jatuh cinta pada selainMu,
Bila tak ada cinta dari kekasihMu yang  merindukan firdausMu,
Cukuplah hidupku mengalir dalam mihrab cintaku padaMu,

Ya Malik…
Hati ini tiada yang lain kecuali nama indahMu,
Sungguh, bilapun aka nada cinta lain di hidupku,
Jaga hijab cintaku sebagai mutiara yang terjaga di Altar cintaMu,
Sebelum kau pertemukan aku dengan kekasihMu di Istikharah cintaku.

Wahai Cahaya yang mengalirkan cinta,
Izinkan hatiku hanya berlabuh di atas lautan ridhaMu,
Izinkan hatiku hanya merindui kekasihMu,
Izinkan hatiku merindu lebih dalam pada Mujahid-mujahidah cintaMu,

Izinkan mihrab cinta ini ya Rabbana …




*Hanya puisi.
bukan karena sedang jatuh cinta, bukan karena sedang galau tapi hanya karena ingin menulis saja.
tidak ada unsur apapun :)

Kamis, 05 Maret 2015

Gemintang yang bersinar terang

09.36 Posted by azkasadan No comments

Langit Banda Aceh, Aceh, selepas maghrib.

"Aisyah, Aisyah...." Langkah ummi terdengar berderap mencari. Kemana gerangan anak itu ? 
Sudah terlalu larut jika ia bermain di rumah pakdenya.

" Ah, rupanya kau disini, nak..." Menghela nafas lega, ummi mendapati buah hatinya tengah duduk di gazebo favoritnya. Kepalanya mengadah, matanya menatap langit. Hanya sekilas ia menoleh saat ia dapati kedatangan umminya.

"Sedang apa Aisyah ? tidur yuk, besok pagi-pagi kita harus segera berangkat kembali ke Jakarta". Perlahan ummi menghampiri Aisyah dan duduk di sebelahnya.

Aisyah bergeming, matanya masih khusyuk menatap langit. "Mi, ada berapa banyak bintang di langit sana ?". Umminya hanya tersenyum, matanya ikut khusyuk menatap langit. Banda Aceh malam ini cerah. Tidak hanya berteman lengkung sabit sang rembulan, tapi juga gemintangan.

"Dua puluh mi ?"

"Hmm..." Ummi Aisyah berfikir untuk mencari jawaban yang terbaik.

"Mi ummi, seratus ya ?" Seperti biasa, Aisyah tidak sabaran ingin mendengar jawaban dari umminya.

"Lebih..?" kali ini umminya menjawabnya dengan cepat.

"Banyak ya mi?"

"Iya..."

"Tapi kenapa cuma delapan
mi yang sinarnya sangat terang ?"

Ummi menggali memori ingatan masa SMAnya tentang benda-benda astronomi. 
Gawat, ingatannya  terkubur dalam sekali rupanya.
"Karena jarak bintang yang lainnya terlalu jauh dari bumi, nak". Ummi mencoba memutar memori-memori yang ada. 

"Hmm... Terus kenapa di rumah kita jarang sekali terlihat ada bintang mi ?"

"Karena terlalu banyak asap dan polusi Aisyah, sehingga bintang-bintang itu terlihat redup..."

"Yaaah, kasihan ya mereka mi.."

Ummi tertawa kecil, "Nah, sekarang ummi mau tanya, Aisyah udah siapin pakaiannya belum untuk kita pulang besok pagi ?"

Aisyah mengalihkan perhatianya dari langit, ganti menatap wajah umminya. Ada sorot memelas di pancaran matanya. "Aisyah enggak mau balik ke rumah mi, mau disini aja.."

"Lho, kenapa ? hari senin kamu kan sudah masuk sekolah lho.."

"Aisyah mau seperti bintang-bintang disini saja mi, bisa terlihat terang dan menyenangkan siapa saja yang melihatnya" Aisyah kembali khusyuk menatap langit.

Ummi mengerutkan kening, ada apa dengan sulungnya ini ?

"Mi, apa bintang-bintang yang jaraknya jauh itu pernah kesaal dengan bintang-bintang yang jaraknya dekat ? apa bintang-bintang yang di atas rumah kita pernah iri dengan bintang-bintang di atas rumah nenek ?"

"Hmm.. Ummi rasa tidak, baiklah nak, ummi turuti keinginanmu. "Mereka telah menjalankan tugas mereka dengan maksimal, menerangi semesta dengan kadar yang mereka bisa. Soal jarak dan ada tidaknya polusi, bukan urusan mereka.."

Aisyah terdiam.

"Bahkan, kamu tau nak ? banyak dari bintang itu yang sudah mati, tapi karena jaraknya yang sangaaaaaat jauh dari bumi, cahayanya baru sampai ke kita dan masih akan ada hingga beberapa lama hingga ratusan tahun cahaya.."

Kini Aisyah mulai menoleh ke wajah bijak di sebelahnya. Ada separuh jawaban yang melahirkan separuh keheranan.

Ibu masih menatap langit, lirih lisannya bertutur. "Kau bilang tadi ingin menjadi seperti mereka 
nak ?" sekarang matanya beradu dengan mata Aisyah, "jadilah anak yang baik, cintai Allah yang telah menciptakan kita, nurut apa yang Abi dan Ummi katakan, belajar yang rajin, enggak boleh lagi iri-irian sama temen-temenmu di sekolah dan.. ayo sekarang kita siap-siap untuk kepulangan kita esok". Ummi berusaha untuk menutup bincang malam itu seceria mungkin.

Aisyah mulai tersenyum-senyum cerah, "Aisyah juga bisa bersinar seperti mereka dengan sangat terang kan mi ?"

"Iya, tapi kamu enggak boleh sombong, kalau punya makanan di sekolah harus bagi-bagi dengan temanmu ya. Ummi gak mau dengar lagi kamu berantam dengan Sarah gara-gara rebutan roti."

"Abisnya Sarah juga sombong mi, mentang-mentang dapat nilai sembilan, padahal kan Aisyah yang ngajarin.." Wajah Aisyah kembali merengut.

"Eh, hayo.. inget gak kata-kata ummi tadi ? Bintang aja engga pake iri-irian, selain itu nak, ingat syair ini ya..

Merendah hatilah, maka kau akan menjadi bintang gemintang
berkilau dipandang orang di atas geliat air 
dan sang bintang pun jauh tinggi.

Lamat-lamat ummi menyenandungkan syair favoritnya, sembari menatap Aisyah tepat di bola matanya. "Jangan seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit, padahal dirinya rendah-hina.
Kau ingat Aisyah, asaplah yang membuat bintang jadi tak terlihat di langit rumah kita. Tentu kita tidak mau menjadi asap yang menyebalkan seperti itu kan ?"

Sekarang mereka berdua tersenyum.

"Ayo mi,kita masuk ke dalam, siap-siap!" Sambil melompat dari gazebo, Aisyah tersenyum senang.
Ia selalu suka saat umminya mulai bersyair. Aktivitas favorit kedua setelah senandung Qur'an setiap subuh dan maghrib yang lazim mereka lakukan bersama.

Ummi tertawa lebar mendapati lonjakan emosi anaknya. "Ayo kita siapkan buku bacaan juga buat perjalanan kita di pesawat besok ya.."

Beriringan mereka masuk kedalam rumah, bergandengan tangan. "Wah, Asiik, naik pesawat lagi ya mi ? pokoknya Aisyah mau di pinggir jendela lagi ya mi.. Aaaah Aisyah saaaaaaayang Ummi.."

Melonjak-lonjak kegirangan, Aisyah seperti lupa pada kegalauannya beberapa menit yang lalu. Meninggalkan umminya yang ganti termangu-mangu. Membawa sang ummi pada cakap-cakap mereka sepekan lalu, saat keberangkatannya ke kampung halaman umminya di mulai, dengan burung raksasa yang bisa terbang itu.

"Mi, ada enggak di dunia ini pesawat yang enggak ada habis-habisnya ? maksud Aisyah, dia enggak berhenti-berhenti untuk berterbangan di langit ?" Bersisian mereka duduk, tentu dengan Aisyah di dekat jendela. Sang abi tersenyum mendengar pertanyaan dari buah hati mereka. Tapi sama dengan Aisyah, Ia lebih suka mendengar jawaban istrinya ketimbang jawabannya sendiri.

Ummi terdiam, memejamkan mata, mengingat-ingat sesuatu kemudia tersenyum. "Ada.." Senyumannya dalam, sembari bola matanya bergilir menatap tiga titik : luar jendela, mata Aisyah dan terakhir mata suaminya.

"Ada mi?" Mata Aisyah membesar.

"Iya ada, bahkan kereta yang ummi maksud ini bisa membawa kita ke syuraNya..."

"Waah, keren banget ya mi. Itu ada dimana mi?

Sekarang gantian sang abi tersenyum-senyum. Ia ingat betul kata-kata ini.
"Ada di hati Abi, Ummi dan Aisyah." Suara khas Abi terdengar. Ia melipat koran paginya, menatap dalam mata istrinya dan meninggalkan ketermanguan pada wajah Aisyah.

"Karena Aisyah anakku yang shalihah". Sekaran suara ummi terdengar perlahan, seperti menjadi corong dari kata-kata yang menggema di hati Abi. 

"Cinta adalah bagaikan pesawat,
 ia hanya akan terbang di atas langit-langit kebaikan
 begitu kebaikan habis, pesawat juga akan berhenti mengudara."

Aisyah menatap Abi dan umminya bergantian. Entah kenapa, ada semacam kehangatan luar biasa yang menelusup di dalam dada Aisyah, membuatnya riang menempuh keberangkatan. Perjalanan ini akan sangat menyenangkan. Pupus sudah semua kekhawatirannya akan mudiknya dengan pesawat ini.

"Nah, sekarang ayo kita berdoa dulu". Abi memimpin doa seiring bergeraknya perlahan laju pesawat, " Bismillahi majreeha wa mursaahaa inna rabbii laghafuururrahiiimm...". 


Selasa, 03 Maret 2015

كلام عن حب الله

11.42 Posted by azkasadan No comments
كلنا لدينا مشاعر لانستطيع إيقافها. والحب هو واحد من هذه المــشــاعر, وبـإمـكاني قول أن الحب هو أجمــل وأسوأ شعــوره بالوقت ذاته.!
عندمــا نسمع كلمــة "الحب" نحن -دون شعور منا- نتمنى لقاء من نجب. وفي الواقع, الجب أكبر من اللقاءات بكثير, هو يلمس قلوبنا بشــكل غريب نعجز عن فهم كيف يفعــل ذلك ! الحب شعور غير مفهوم.
الحب يملك القدرة على جعلنا نبتسم, نضحك, حتى أننا نبكي..
هو الشعور الوحيد الذي يداعب قلوبنا بينما نحن نشاهد. ولا نملك أي حيلة لإيــقافه ! أنت مجبر لأن تحب.
مع الحب, نحن نشعر بالحرية والعبودية في الوقت ذاته, يستطيع إن يحلّق بنا بسماء الخــيال بعـيدا عن الواقع. وعيش حياة أخرى في قلوبنا. ومن جهة أخرى, الحب يستعبد مشاعرنا, وأفـــكارنا وقلوبنا.
عندمـا نحب, كل شيء يذهب, حين نشعر أن قلوبنا وأفــكارنا ليست معنا بعد الآن.
عندما نحب, نرى الدنيا ملوّنة , وببداية كل يوم نعد أنفسنا أن نجـعل من نحب سعـــداء , لأننا بسعادتعم نصبح أســـعد. وبحزنهم نشعر كأننا على حدود البـكاء. كل شعور يعتمد على الحب.
نحن نشعــر بالعبادة, الحزن , الغضب , والراحة بسببه. لا أحد يستطيع أن يقول أنه لم يجب فقط, لأن الحب شعــور لاإرادي.
الحب شعــور تستمتع بـإحسـاسه حتى وإن كان يجرحنا. يستطيع أن يصنع يومك بكلمة , بنظرة , أو لمسـة. الحب هو شعـور لانستطيع أن نعيش بجـمال دونه !
كيف نعيش وحب الله ليس معنا ؟؟